Minggu, 07 Oktober 2012

Mutiara persahabatan


Suara sirine mobil polisi meraung raung memecah kesunyian pagi,membawa Osi dan Ramli menuju ke rumah sakit terdekat. Ramli bersandar ke lengan Osi,badannya lemas karena banyak mengeluarkan darah. Wajahnya pucat,tetapi bibirnya tersenyum memandangi wajah anak muda yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya itu.
“Os,jangan lupa kau serahkan barang-barang bukti yang sempat kita bawa itu kepada polisi. Hati-hati,jangan sampai sidik jarimu merusak sidik jari yang ada pada gelas.”
“Beres,jangan khawatir. Semua akan aku serahkan” jawab Osi.
“Dan nanti,tolong sampaikan berita ini kepada keluargaku ya? Tapi katakan bahwa aku baik baik saja,agar tidak mengejutkan ibuku. Ibu biasanya mudah sekali menjadi kaget. Aku tidak ingin ibuku menjadi amat khawatir karenaku.” Pinta ramli.
“Siap,kapten. Semua akan hamba laksanakan dengan sebaik-baiknya,” jawab Osi menggoda temannya seraya menghormat dengan tangannya.
Ramli memukul Osi dengan tinjunya sambil tersenyum,tetapi ia segera mengaduh kesakitan karena luka di lengannya membuat tangannya terasa sakit bila digerakkan.
“Oh ya, Os mana sepedamu?” tanya Ramli setelah teringat bahwa mereka datang ke kebun dengan sepeda.
“Jangan khawatir,Pak Polisi yang baik itu telah mengurusnya untuk kita.” Jawab Osi.
Setelah beberapa saat lamanya dalam perjalanan,mereka pun tiba di depan sebuah rumah sakit. Kereta dorong telah menjemput mereka di depan pintu mobil polisi yang membawa mereka dengan dua orang perawat. Osi membantu Ramli keluar dari mobil. Dua orang perawat itu segera menerima Ramli dan mengangkatnya ke atas kereta dorong. Dan sesaat kemudian kereta itu pun telah di dorong masuk ke rumah sakit. Setelah melalui pemeriksaan awal beberapa saat lamanya di ruang gawat darurat,Ramli segera ditempatkan di salah satu kamar sambil menunggu proses pembedahan guna mengeluarkan peluru yang masih bersarang dilengannya.
Dua orang polisi membantu menyelesaikan proses administrasi di rumah sakit. Setelah menanyakan alamat keduanya,kedua polisi tersebut bermaksud menyampaikan berita itu kepada orangatua anak itu.
“Saya ikut, Pak. Biarlah saya menyampaikan berita ini langsung kepada orangtua Ramli agar mereka tidak terlalu khawatir akan keadaan anaknya. Lagi pula saya sendiri ingin menemui orangtua saya sebentar,sekedar menyampaikan keselamatan saya. Setelah itu saya akan segera kembali ke sini.” Pinta Osi.
“Baiklah kalau begitu. Nanti pukul 09.00 mohon adik datang ke kantor polisi untuk dimintai keterangannya.” Jawab polisi itu.
“Baik, pak.”
****
Osi memohon kepada polisi yang mengantarnya agar menuju rumah Ramli terlebih dahulu. Ia ingin menyampaikan keadaan Ramli kepada kedua orangtuanya. Bagaimanapun keadaannya,setidaknya agar kedua orangtua Ramli dapat segera melihat anaknya di rumah sakit.
“Mungkin Paman akan dimintai persetujuan pembedahan untuk mengeluarkan peluru dari lengan Ramli. Tapi menurut dokter mungkin hanya operasi ringan saja. Tidak ada hal yang dapat membahayakan keselaatannnya. Tetapi bagaimanapun harus dirongsen dulu, untuk memsatikan bahwa tidak ada keretakan pada tulang lengannya,namun saya harab mudah-mudahan hal itu tidak terjadi.” Kata Osi kepada ayah Ramli.
“Jadi sekarang Ramli ada di rumah sakit,Nak Os?” tanya ibu Ramli.
“Benar, Bi. tetapi saya tadi mendapat titipan pesan dari Ramli agar Bibi tidak terlalu mengkhawatirkannya. Apalagi saat ini Ramli sedang berada dalam perawatan dokter.” Jawab Osi.
Ibu Ramli enjadi sedikit lega mendengar penjelasan Osi,tetapi bagaimanapun ia menjadi amat sedih mengdengar bencana yang menimpa anaknya.
Saat itu juga keluarga Ramli segera menuju ke rumah sakit agar dapat segera melihat sendiri keadaan anaknya. Sementara itu Osi melanjutkan perjalanannya bersama kedua polisi yang mengatarnya menuju ke rumahnya.
Kedatangan Osi disambut dengan amat gembira oleh kedua orangtuanya. Mereka merasa sangat bersyukur bahwa anaknya telah pulang dalam keadaan selamat. Meskipun semula mereka menjadi sangat khawatir karena kedatangannya diantar dengan mobil polisi, tetapi setelah mendengar penjelasan Osi serta polisi yang telah mengantarnya,kedua orangtua Osi pun menjadi amat lega.
Selain orangtua serta keluarga Osi yang lain,ternyata di situ juga telah banyak para tetangga yang berdatangan. Mereka ingin mendengar apa yang telah terjadi sehingga Osi dan Ramli tidak pulang semalaman,membuat warga desa beramai-ramai mencari mereka di seluruh sudut desa.
“Pantas saja mereka tidak dapat kita temukan. Ternyata mereka telah disekap oleh dua orang penjahat di kebun itu.” Kata salah seorang warga desa yang semalam telah ikut mencari mereka sambil membawa obor.
“Selama ini kita memang tidak pernah menaruh perhatian pada kebun itu. Selain karena tempatnya terpencil di ujung desa ini, peiliknya juga tidak pernah bergaul akrab dengan warga desa yang lainnya.” Timpal salah seorang di antara mereka pula.
“Ya, mungkin itulah sebabnya mereka salalu menutup diri dari pergaulan dengan warga desa kita ini. Ternyata kebun itu telah menyimpan suatu rahasia.”
Cerita mengenai penyekapan dua anak muda dari desa Sumbersari oleh dua orang penjahat di kebun ganja itu segera menyebar hampir ke seluruh pelosok desa. Dari mulut ke mulut, mereka saling bercerita bahwa kedua anak muda yang semalam mereka cari itu ternyata telah disekap oleh dua orang yang menanam ganja di kebunnya.
Cerita itu pun telah sampai pula ke SMP Sumbersari tempat Osi dan Ramli bersekolah. Mereka menjadi amat terkejut mendengar berita itu. Mereka sama sekali tidak pernah menyangka bahwa di desa mereka telah terdapat sebuah kebun yang dipenuhi oleh tanaman ganja.
“Mungkin kita juga pernah melihatnya,tetapi kita tidak tahu bahwa tanaman sejenis itulah yang disebut tanaman ganja.” Kata salah seorang di antara teman-teman Osi dan Ramli di sekolah.
“Hii...ngeri sekali! Untunglah Osi telah mengenali dan menemukan kebun dengan tanaman ganja itu,sehingga dapat segera ditangani oleh yang berwajib.” Sahut yang lain.
“Bukan Osi yang menemukan,melainkan Ramli.” Sela yang lain.
“Yah.. siapapun penemunya, tidak perlu kita perdebatkan. Yang jelas mereka berdua telah berjasa bagi kita semua,khususnya para generasi muda seperti kita ini. Andai saja kebun itu tak pernah ditemukan,entah berapa anak muda yang akan menjadi korban.” Kata yang lain pula.
“Kalau begitu sepantasnya mereka disebut sebagai pahlawan.” Sahut salah seorang di antara mereka.
“Huuu... memangnya mereka pernah berperang melawan penjajah?” sangkal salah seorang di antara mereka.
“Hey... kau tolol!! Kau pikir yang disebut sebagai pahlawan itu hanya mereka yang pernah berperang melawan penjajah saja? Siapa pun yang telah berjasa menyelamatkan bangsa dan negara ini dari kehancuran,dapat pula disebut sebagai pahlawan,tahu?”
“Yah.. apa pun sebutannya,yang jelas kita memang harus berterima kasih kepada mereka telah menyelamatkan sebagian generasi muda kita dari korban kecanduan ganja.” Jawab yang lain untuk menghindari perdebatan di antara mereka.