Suara sirine mobil polisi meraung raung memecah kesunyian
pagi,membawa Osi dan Ramli menuju ke rumah sakit terdekat. Ramli bersandar ke lengan
Osi,badannya lemas karena banyak mengeluarkan darah. Wajahnya pucat,tetapi
bibirnya tersenyum memandangi wajah anak muda yang selama ini menjadi musuh
bebuyutannya itu.
“Os,jangan lupa kau serahkan barang-barang bukti yang sempat
kita bawa itu kepada polisi. Hati-hati,jangan sampai sidik jarimu merusak sidik
jari yang ada pada gelas.”
“Beres,jangan khawatir. Semua akan aku serahkan” jawab Osi.
“Dan nanti,tolong sampaikan berita ini kepada keluargaku ya?
Tapi katakan bahwa aku baik baik saja,agar tidak mengejutkan ibuku. Ibu
biasanya mudah sekali menjadi kaget. Aku tidak ingin ibuku menjadi amat
khawatir karenaku.” Pinta ramli.
“Siap,kapten. Semua akan hamba laksanakan dengan
sebaik-baiknya,” jawab Osi menggoda temannya seraya menghormat dengan
tangannya.
Ramli memukul Osi dengan tinjunya sambil tersenyum,tetapi ia
segera mengaduh kesakitan karena luka di lengannya membuat tangannya terasa
sakit bila digerakkan.
“Oh ya, Os mana sepedamu?” tanya Ramli setelah teringat bahwa
mereka datang ke kebun dengan sepeda.
“Jangan khawatir,Pak Polisi yang baik itu telah mengurusnya
untuk kita.” Jawab Osi.
Setelah beberapa saat lamanya dalam perjalanan,mereka pun tiba
di depan sebuah rumah sakit. Kereta dorong telah menjemput mereka di depan
pintu mobil polisi yang membawa mereka dengan dua orang perawat. Osi membantu
Ramli keluar dari mobil. Dua orang perawat itu segera menerima Ramli dan
mengangkatnya ke atas kereta dorong. Dan sesaat kemudian kereta itu pun telah
di dorong masuk ke rumah sakit. Setelah melalui pemeriksaan awal beberapa saat
lamanya di ruang gawat darurat,Ramli segera ditempatkan di salah satu kamar
sambil menunggu proses pembedahan guna mengeluarkan peluru yang masih bersarang
dilengannya.
Dua orang polisi membantu menyelesaikan proses administrasi di
rumah sakit. Setelah menanyakan alamat keduanya,kedua polisi tersebut bermaksud
menyampaikan berita itu kepada orangatua anak itu.
“Saya ikut, Pak. Biarlah saya menyampaikan berita ini langsung
kepada orangtua Ramli agar mereka tidak terlalu khawatir akan keadaan anaknya. Lagi
pula saya sendiri ingin menemui orangtua saya sebentar,sekedar menyampaikan
keselamatan saya. Setelah itu saya akan segera kembali ke sini.” Pinta Osi.
“Baiklah kalau begitu. Nanti pukul 09.00 mohon adik datang ke
kantor polisi untuk dimintai keterangannya.” Jawab polisi itu.
“Baik, pak.”
****
Osi memohon kepada polisi yang mengantarnya agar menuju rumah
Ramli terlebih dahulu. Ia ingin menyampaikan keadaan Ramli kepada kedua
orangtuanya. Bagaimanapun keadaannya,setidaknya agar kedua orangtua Ramli dapat
segera melihat anaknya di rumah sakit.
“Mungkin Paman akan dimintai persetujuan pembedahan untuk
mengeluarkan peluru dari lengan Ramli. Tapi menurut dokter mungkin hanya
operasi ringan saja. Tidak ada hal yang dapat membahayakan keselaatannnya. Tetapi
bagaimanapun harus dirongsen dulu, untuk memsatikan bahwa tidak ada keretakan
pada tulang lengannya,namun saya harab mudah-mudahan hal itu tidak terjadi.” Kata
Osi kepada ayah Ramli.
“Jadi sekarang Ramli ada di rumah sakit,Nak Os?” tanya ibu
Ramli.
“Benar, Bi. tetapi saya tadi mendapat titipan pesan dari Ramli
agar Bibi tidak terlalu mengkhawatirkannya. Apalagi saat ini Ramli sedang
berada dalam perawatan dokter.” Jawab Osi.
Ibu Ramli enjadi sedikit lega mendengar penjelasan Osi,tetapi
bagaimanapun ia menjadi amat sedih mengdengar bencana yang menimpa anaknya.
Saat itu juga keluarga Ramli segera menuju ke rumah sakit agar
dapat segera melihat sendiri keadaan anaknya. Sementara itu Osi melanjutkan
perjalanannya bersama kedua polisi yang mengatarnya menuju ke rumahnya.
Kedatangan Osi disambut dengan amat gembira oleh kedua
orangtuanya. Mereka merasa sangat bersyukur bahwa anaknya telah pulang dalam
keadaan selamat. Meskipun semula mereka menjadi sangat khawatir karena
kedatangannya diantar dengan mobil polisi, tetapi setelah mendengar penjelasan
Osi serta polisi yang telah mengantarnya,kedua orangtua Osi pun menjadi amat
lega.
Selain orangtua serta keluarga Osi yang lain,ternyata di situ
juga telah banyak para tetangga yang berdatangan. Mereka ingin mendengar apa
yang telah terjadi sehingga Osi dan Ramli tidak pulang semalaman,membuat warga
desa beramai-ramai mencari mereka di seluruh sudut desa.
“Pantas saja mereka tidak dapat kita temukan. Ternyata mereka telah
disekap oleh dua orang penjahat di kebun itu.” Kata salah seorang warga desa
yang semalam telah ikut mencari mereka sambil membawa obor.
“Selama ini kita memang tidak pernah menaruh perhatian pada
kebun itu. Selain karena tempatnya terpencil di ujung desa ini, peiliknya juga
tidak pernah bergaul akrab dengan warga desa yang lainnya.” Timpal salah
seorang di antara mereka pula.
“Ya, mungkin itulah sebabnya mereka salalu menutup diri dari
pergaulan dengan warga desa kita ini. Ternyata kebun itu telah menyimpan suatu
rahasia.”
Cerita mengenai penyekapan dua anak muda dari desa Sumbersari
oleh dua orang penjahat di kebun ganja itu segera menyebar hampir ke seluruh
pelosok desa. Dari mulut ke mulut, mereka saling bercerita bahwa kedua anak
muda yang semalam mereka cari itu ternyata telah disekap oleh dua orang yang
menanam ganja di kebunnya.
Cerita itu pun telah sampai pula ke SMP Sumbersari tempat Osi
dan Ramli bersekolah. Mereka menjadi amat terkejut mendengar berita itu. Mereka
sama sekali tidak pernah menyangka bahwa di desa mereka telah terdapat sebuah
kebun yang dipenuhi oleh tanaman ganja.
“Mungkin kita juga pernah melihatnya,tetapi kita tidak tahu
bahwa tanaman sejenis itulah yang disebut tanaman ganja.” Kata salah seorang di
antara teman-teman Osi dan Ramli di sekolah.
“Hii...ngeri sekali! Untunglah Osi telah mengenali dan
menemukan kebun dengan tanaman ganja itu,sehingga dapat segera ditangani oleh
yang berwajib.” Sahut yang lain.
“Bukan Osi yang menemukan,melainkan Ramli.” Sela yang lain.
“Yah.. siapapun penemunya, tidak perlu kita perdebatkan. Yang jelas
mereka berdua telah berjasa bagi kita semua,khususnya para generasi muda
seperti kita ini. Andai saja kebun itu tak pernah ditemukan,entah berapa anak
muda yang akan menjadi korban.” Kata yang lain pula.
“Kalau begitu sepantasnya mereka disebut sebagai pahlawan.” Sahut
salah seorang di antara mereka.
“Huuu... memangnya mereka pernah berperang melawan penjajah?”
sangkal salah seorang di antara mereka.
“Hey... kau tolol!! Kau pikir yang disebut sebagai pahlawan
itu hanya mereka yang pernah berperang melawan penjajah saja? Siapa pun yang
telah berjasa menyelamatkan bangsa dan negara ini dari kehancuran,dapat pula
disebut sebagai pahlawan,tahu?”
“Yah.. apa pun sebutannya,yang jelas kita memang harus
berterima kasih kepada mereka telah menyelamatkan sebagian generasi muda kita
dari korban kecanduan ganja.” Jawab yang lain untuk menghindari perdebatan di
antara mereka.