|
||
|
Pengarang: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cahyaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling 13 November 1943
Aku Termenung
Di Bawah Mentari
Di Antara Megahnya Alam Ini Menikmati Indahnya Kasih-Mu Kurasakan Damainya Hatiku Sabda-Mu Bagai Air Yang Mengalir Basahi Panas Terik Di Hatiku Menerangi Semua Jalanku Kurasakan Tenteramnya Hatiku Reff; Jangan Biarkan Damai Ini Pergi Jangan Biarkan Semuanya Berlalu Hanya Pada-Mu Tuhan Tempatku Berteduh Dari Semua Kepalsuan Dunia Bila Ku Jauh Dari Diri-Mu Akan Kutempuh Semua Perjalanan Agar Selalu Ada Dekat-Mu Biar Kurasakan Lembutnya Kasih-Mu
Puisi ‘Doa´ karya Chairil Anwar di atas
mengungkapkan tema tentang ketuhanan (beraliran mistisisme). Hal ini dapat kita
rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan
kata-kata bernaka ketuhanan. Kata `doa´ yang digunakan sebagai judul
menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan
SangPencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah Tuhanku, nama-Mu,
mengingat Kau,caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut
menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari
Tuhan.
Sama seperti Puisi ‘Doa’ karya Chairil Anwar,
lirik lagu ‘Damai Bersama-Mu’ juga bertema tentang ketuhanan. bermakna akan
kebutuhan dasar manusia yang sesungguhnya yaitu untuk dekat dengan sang
pencipta alam. Namun, jika dilihat dari diksinya lebih sederhana dan mudah
dipahami dibandingkan dengan puisi ‘Doa’ karya Chairil Anwar.
|