Saat senja tiba
mentari mulai tenggelam saat itulah aku berjalan santai di sekitar desaku hanya
sekedar melepas penat setelah beraktivitas di sekolah yang cukup melelahkan. Setelah
aku berjalan cukup jauh,aku rasakan perutku sangat lapar mungkin karena tadi
belum makan siang. Diseberang jalan terlihat ada pedagang sate
keliling,kebetulan pikirku aku sudah sangat lapar. “pak sate lontong,satenya
lima tusuk ya” pintaku kepada penjual sate itu. “iya mbak,dibungkus apa dimakan
disini?” tanya penjual sate itu sambil
mengambil beberapa tusuk sate untuk dipanggangnya. “dimakan disini saja.” Jawabku.
Tak lama setelah itu aku selesai memakan sate itu.
Aku memutuskan
untuk pulang kerumah,tak lama aku berjalan aku melewati rumah temanku
Wulan,terlihat ada seorang perempuan sedang duduk santai di teras rumah itu. Perutnya
buncit seperti ibu hamil aku melihatnya sangat mirip dengan Wulan tapi pikirku
tidak mungkin mana mungkin Wulan temanku dulu sewaktu duduk dibangku sekolah
dasar itu hamil. Aku sangat ingin menyapanya,tapi aku takut jika aku nanti
salah orang. Ah aku lupakan saja,aku kembali berjalan menuju kerumahku.
Tak lama
kemudian,terasa dari belakang ada yang mengikutiku dan tiba tiba “put.. apa
kabar?” aku sangat kaget ternyata perempuan tadi benar Wulan temanku. “baik,
kamu Wulan kan?” jawabku dengan agak gugup. “iya,kamu sudah lupa ya?” tanya
Wulan dengan wajahnya yang polos. “tidak,tapi bukannya kamu pindah ke Jakarta?”
Kemudian ia
mengajakku duduk di teras rumahnya. “duduk sini,tidak enak ngomong dijalan.” Aku
pun duduk disebelahnya,ia meneruskan kembali ceritanya. “iya aku dulu memang di
Jakarta,tapi karena ada masalah jadi aku pindah kesini lagi.” Aku penasaran apa
sebenarnya masalah yang dialami Wulan. Dan aku bertanya “maaf kalau aku boleh
tahu,kamu ada masalah apa?” aku menatap wajah Wulan,raut wajahnya berubah
sebelumnya terlihat baik baik saja,tapi setelah aku bertanya raut wajahnya
seperti ada yang disembunyikan.
“Ceritanya
panjang.” Wulan menundukkan kepalanya,seperti ada masalah yang besar yang ia
sembunyikan. Aku terdiam sebentar,menghentikan pembicaraanku dengan Wulan. Dan tiba
tiba ia berkata “put..dulu aku memang tinggal di Jakarta,tapi setelah dua tahun
aku tinggal disana...” Wulan meneteskan air matanya,dalam hati aku merasa
kasihan dengan Wulan,tetapi aku juga penasaran dengan ceritanya dia belum
selesai cerita kepadaku. Tak lama kemudian ia melanjutkan ceritanya kembali.
“aku disana
berhubungan dengan seorang laki laki yang lebih tua dariku. Dan,kamu bisa tahu
sendiri apa dampaknya bagiku.” Wulan tak henti henti meneteskan air matanya,sambil
melihat kearah perutnya yang besar itu. Aku sabagai temannya ikut terlarut
dalam kesedihan yang Wulan rasakan. Tak kusangka Wulan anak yang pendiam bisa
melakukan hal yang tidak semestinya ia lakukan.
“Kenapa kamu bisa
berbuat seperti itu?” aku mendekat kearah Wulan sambil memegang pundaknya. “aku
tidak tahu,orang tuaku terlalu sibuk mereka tidak pernah memperhatikan aku. Tapi
aku sadar ini semua salahku,aku khilaf.” Aku terdiam dan ikut merasakan
kesedihan apa yang Wulan ceritakan,orang tuanya bekerja di Jakarta sejak ia
masih kecil sekarang ia tinggal bersama neneknya. “lalu,kenapa kamu tinggal
disini?” aku bertanya kembali padanya.
“Aku disuruh orang
tuaku pindah disini agar aku tidak salah pergaulan.” Mendengar cerita
panjangnya tadi tak terasa hari sudah malam,aku melihat arlojiku menunjukkan
pukul tujuh malam. “Wul,aku pamit dulu ya,sudah ,malam.” Aku pamit pulang
karena hari sudah malam “oh iya sudah,kapan kapan mampir lagi ya.” Akupun
pulang dari rumah Wulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar